Melancong ke Bali, buat ane ini bukan pengalaman yang pertama. Mungkin pengalaman yang ke sekian belas kali, maklum ane tinggalnya di ujung timur Pulau Jawa dan punya saudara di Bali, jadi tinggal nyebrang laut dah nyampe Pulau Dewata. Namun, walaupun sudah sangat sering ke Bali bukan berarti semua tempat wisata pernah ane kunjungi. Bali teramat banyak memiliki tempat eksotis, sehingga butuh waktu yang panjang untuk mengunjungi semua itu. Juga baru kali ini pula ane tergerak untuk menuliskan pengalaman ane menjelajah Pulau Dewata di blog tercinta ini. Itung-itung buat belajar nulislah. Terus terang ane agak males soal tulis-menulis. Pekerjaan yang seabreg di tempat kerja sering kali menjadi alasan ane enggan menulis (sieh...sok sibuk bangetlah ).
Oke lanjut….
Hari ke-satu ( 9 Mei 2014 )
Hari itu ane berdua sama temen ane, sebut saja namanya Ipat (nama aslinya Fatkurrohman, biasa dipanggil Ipat), temen ane S3 (SD,SMP,SMA hehe) bertolak ke pulau Dewata setelah ada rencana seminggu sebelumnya. Kegiatan di sekolah ane yang sudah selesai untuk kelas XII nya membuat ane banyak waktu kosong. Itulah ‘barokah’nya kalo ngajar kelas XII SMA. Sehingga mumpung masih longgar kegiatan di sekolah ane manfaatin buat refreshing ke Bali. Tidak sedikitpun rasa bosan, walaupun ane sudah belasan kali ke sana. Buat ane, Bali begitu menarik dan cantik banget alamnya. Jarak antara tempat wisata yang satu dengan yang lainnya tidak berjauhan, sehingga banyak sekali tempat yang bisa dikunjungi dalam waktu sehari saja.
Berangkat dari kota kelahiran ane, Genteng-Banyuwangi, sekitar pk 10.00 WIB langsung meluncur ke Pelabuhan Ketapang. Sebenarnya ane pingin berangkat lebih pagi lagi supaya agak santai di perjalanan, namun karena sesuatu hal berangkat ane jadi molor. Nyampe Gilimanuk sekitar pk 12.30 setelah nyebrang naik fery satu jam lebih. Ada satu kedongkolan ketika beli tiket fery tadi. Untuk motor harga yang tertulis di tiket adalah Rp19.000, namun ketika petugasnya ane sodori uang dua puluh ribuan, kembaliannya tidak dikasih. Sebenarnya uang seribu perak apalah artinya, namun ketika dikalikan dengan ratusan bahkan ribuan kendaraan roda dua yang nyebrang dalam satu hari bisa dibayangkan berapa ‘ceperan’ petugas tadi. Itulah mental para pejabat korup yang tidak pantas ditiru! Sieh…kok jadi esmosi gini ya …..
Nyampe Gilimanuk ane langsung menuju masjid Al-Mubarok, satu-satunya masjid di situ buat ‘absensi’ dan istirahat sejenak. Dari situ ane langsung ke tempat wisata terdekat, yaitu Karang Sewu. Jarang orang tau tempat wisata ini walau lokasinya dekat dengan jalan raya, hanya sekitar 0.5 km masuk belok kiri di pertigaan setelah lewat masjid Al-Mubarok. Anepun juga baru tahu dari internet. Ternyata tempatnya asyik juga gan . Walau ga seberapa luas, namun pemandangannya betul-betul membuat adem ati. Berlokasi di belakang PLTG Gilimanuk dan menghadap teluk Gilimanuk, terhampar pepohonan bakau yang rimbun dan air laut yang biru. Siang itu begitu terik, sehingga cuma ada beberapa pengunjung saja. Beberapa warung penjaja makanan juga tampak berdiri disitu. Pemandangan yang paling bagus adalah pagi hari di tempat ini ketika sunrise tiba. Itu info yang ane peroleh dari internet.
Karang Sewu : Berlokasi di belakang PLTG Gilimanuk
|
Si Ipat sedang asyik jeprat-jepret
|
Setelah puas jeprat-jepret di Karang Sewu, ane sama Ipat bertolak ke Denpasar. Jarak yang cukup jauh dari Gilimanuk (sekitar 120 km) membuat ane agak ngebut naik motor. Untungnya, walau si motor bukan barang baru namun kalo dibuat ngebut masih cukup pengertian (emangnya manusia, bisa pengertian ). Motor ane keluaran 2010 gan, dah empat tahun. Ane rutin 4000 km sekali tune up. Untuk urusan ngebut sebenarnya sih gak ngebut-ngebut amat paling ya cuma 80-90 km/jam. Cuman kalo pas jalanan sepi ya kadang ga sadar nyampe diatas 100 km/jam. Itung-itung, sambil ngetes kondisi motor ane kuat berapa ketika gas pol. Dengan kecepatan segitu pun, ane pun masih sering disalip (didahului) sama pengendara-pengendara lain. Ane sebisa mungkin tahan diri balapan gan, ane pernah jatuh dari motor beberapa waktu yang lalu. Dulu pun pernah kejadian beberapa kali ketika disalip, darah muda ane bangkit. Ane kejar itu motor sampe kena. Jadinya balapan lah di jalanan. Ketika ada mobil di depan, ane salip dari kanan, dia salip dari sebelah kiri. Walaupun akhirnya ane menang, ane nyesel gan. Setelah nyampe rumah ane baru sadar, kalo ban motor ane itu bocor. Ga bisa dibayangkan kalo kecelakaan di jalan gan….astaghfirullah. Namun lain lagi kalo yang nyalip itu pengendara cewek, pasti ane kejar sampe cewek itu bertekuk lutut . Ane paling penasaran ketika ane melaju agak kencang tiba-tiba disalip sama cewek. Pasti cewek ini punya nyali seorang pembalap (bukan pemudi berbadan gelap lho ). Dan ini juga terjadi saat ini.
Dari kota Negara, seorang pengendara cewek melaju cukup kencang ke arah Denpasar, mengikuti irama jalanan saat itu. Kadang ia nyalip, lalu ane ganti yang nyalip. Begitu terus hingga suatu saat ada kesempatan ane gas pol motor ane hingga berjarak cukup jauh. Sampe beberapa saat motor cewek itu ga kelihatan lagi di spion. Anepun agak nurunin kecepatan motor ane karena ane pingin menikmati suasana perjalanan. Berwisata sebenarnya tidak hanya ketika berada di tujuan, namun sepanjang jalan yang kita lewati itu juga termasuk obyek wisata.
Tiba-tiba di tengah kelengahan ane (maksudnya ane agak pelan macu motornya) disaliplah ane oleh si cewek tadi. Wuzzz….. kaget juga ane karena jaraknya tadi cukup jauh tiba-tiba dia dah nyalip lagi. Namun ane tidak berhasrat lagi untuk ngejar. Ane hanya berusaha sedekat mungkin melaju di belakang motornya. Terus ane buntuti itu cewek gan. Hingga suatu saat dia pun merasa dibuntuti. Dia sepertinya merasa tidak enak gan. Dia beberapa kali pelanin motor supaya ane nyalip, namun ane tetep menjaga kecepatan motor supaya tetap berada di belakangnya. Biarin aja dah biar dia tambah penasaran . Ketika dia melaju dengan gas pol, anepun juga gas penuh tetep dibelakangnya. Drama pun berakhir ketika nyampe batas kabupaten Jembrana dengan Tabanan, tepatnya di rest area dekat patung Makepung. Ane berbelok ke kanan ingin beristirahat sejenak menikmati indahnya pantai di situ. Daaa….cewek .
Istirahat sekitar 30 menit, lalu ane sama Ipat melanjutkan perjalanan. Tujuan pertama kami nanti adalah Tanah Lot. Ane baru sekali ke tempat ini, enam tahun yang lalu saat backpackeran juga. Ketika itu ane tidak terpikir indahnya sunset Tanah Lot. Oleh karenanya kali ini ane terobsesi bisa melihat sunset di Tanah Lot. Jarak sekitar 50 km dari Makepung ke Tanah Lot menghabiskan waktu 1 jam lebih karena memasuki kota Tabanan arus lalu lintas cukup rame. Sampai di Tanah Lot pk 16.45 yang berarti sebentar lagi matahari terbenam. Buru-buru kami parkir motor setelah membayar Rp22.000 untuk tiket masuk dua orang dan parkir. Jalan kami percepat supaya segera sampai di tepi pantai dengan melewati jajaran artshop dengan pengunjung yang cukup rame sore itu. Ane sempat melirik ke salah satu kedai minum yang menjual es kelapa muda. Di situ terpampang jelas tulisan : Kelapa muda kecil Rp13.000, Kelapa muda besar Rp 15.000. Ane sempat gurau sama si Ipat. “Pat, enaknya kita alih profesi jualan es kelapa muda aja di sini. Ambil dari petani cuma Rp2.000, dijual segitu pasti cepat naik haji ”. Ipat pun cuma cengengesan. Si Ipat adalah seorang tukang sablon kawakan.
Tiba di pantai yang cukup rame waktu itu, ane langsung foto-foto bentar sama si Ipat bergantian. Berikutnya langsung fokus ke hadirnya ‘matadewa’. Sayang seribu sayang, cantiknya matadewa terhalang oleh awan. Oh Mai God…. Namun, walaupun kurang cantik sore itu, kilauan flash kamera ribuan kali dibidikkan oleh para pemburu sunset. Banyak sekali pengunjung berfoto selfie bak model dengan background sunset. Ane pun ikut-ikutan jeprat-jepret bak fotografer profesional.
Sunset di Tanah Lot yang terhalang awan sore itu |
Pura Tanah Lot sebelah barat |
Ipat dalam siluet |
Dari pura sebelah timur kami pun berjalan ke pura sebelah barat (pura
di Tanah Lot ada dua gan, sebelah barat dan satunya timur) melewati bebukitan
yang sudah disulap menjadi taman. Nah ketika ane sama Ipat foto-foto di pura
sebelah barat tepatnya di atas bagian yang berongga, ane merasa tanah pijakan
ane ikut bergetar ketika ombak datang. Ombaknya memang gede gan. Rasanya miris .
Anepun bergegas menepi dari situ. Sementara di luar area pura terlihat
kesibukan para pedagang suvenir sedang mengemasi barang-barang dagangannya
karena hari sudah mulai gelap, pertanda saatnya mereka tutup. Ane sama Ipat bergegas
ke tempat parkir berjarak sekitar 300 m dari tepi pantai. Anepun segera cabut
dari situ menuju Kuta.
Badan sudah
mulai letih dan lapar. Dalam perjalanan menuju Kuta, di sekitar Krobokan, kami
sempat melintas di depan Warung Banyuwangi. Wah, ini yang jual pasti orang
sekabupaten sama ane. Menunya pun aneka lalapan khas Banyuwangi dengan sambal
tomat yang terkenal aduhai rasanya (ane tidak bermaksud membanggakan kuliner
daerah ane gan, tapi sambalnya memang maknyus kok). Ane pesan nasi lalapan sama
ikan lele, sedang si Ipat sama ikan
laut. Minumnya es teh. Berdua habis Rp 38.000. Di situ kami sempat ngobrol-ngobrol
sebentar sama yang jual karena sama-sama sedaerah asal, biasalah namanya ketemu
di tempat rantau. Di tengah-tengah obrolah kami, ane nyoba hubungi
penginepan yang ane dapetin infonya dari Ka*kus . Untuk malam ini ane pilih di
daerah Nusa Dua karena besok pagi ane mau jelajah tempat-tempat wisata di
kawasan Nusa Dua. Ane pingin ke Pandawa Beach, Uluwatu, dan Dreamland. Ke GWK
sebenarnya juga dekat. Namun karena pertimbangan waktu, ditambah dulu juga
sudah pernah ke situ (walaupun cuma liat-liat dari depan pintu gerbang hehehe---rombongan
ane waktu itu ga jadi masuk), GWK ga masuk agenda kami backpackeran kali ini, biarin
cukup liat-liat dari internet saja lah .
Alhamdulillah,
ternyata masih ada kamar kosong di penginepan yang ane hubungi tadi. Anepun bergerak
menuju Nusa Dua dengan terlebih dahulu mampir Kuta untuk sekedar merasakan
suasana malam hari di sana. Perut kenyang, semangatpun bangkit kembali. Setelah
perjalanan berliku-liku melewati padatnya lalu lintas Krobokan, Seminyak, dan
kawasan Legian, sampailah kami di Kuta. Memasuki jalan raya Legian, Kuta,
suasana terdengar hingar bingar oleh dentuman musik-musik keras, yang mana sebagian
musik-musik keras tadi merupakan musik live. Para bulepun bersliweran di tengah
padatnya arus lalu lintas yang searah. Sayang Alhamdulillah, ga ada yang pake b***** --- maaf, ane sensor gan....Astaghfirullah...--- seperti
yang ditulis di blog-blog tetangga hehehe. Mungkin masih terlalu sore. Juga ga
ada yang teler-teler di jalan. Ane pun sebenarnya sudah siap nolongin jika saja
ada bule cewek yang teler lalu jatuh di jalan huahua …
Laju kendaraan
memang cukup pelan di Jalan Legian. Padatnya lalu lintas memaksa setiap
pengendara ekstra hati-hati. Kami pun akhirnya sampai pada Monumen Bom Bali I,
namun ane tidak tertarik berhenti disitu untuk sekedar foto-foto. Ane terus
saja berlalu dan sambil berlagak sok tahu (hehehe) tunjukin tempat-tempat ke
Ipat yang sama sekali belum pernah ke Kuta. Sekitar 300 m dari monumen ane
belok kanan ke Poppies Lane I sekedar pengen liat hotel/penginapan bertarif
murah meriah di sana seperti yang diinfokan oleh banyak blog dan media. Ya
memang di sini surganya bule-bule dengan anggaran minim. Mereka tampak sekali menikmati
kebebasan hidup, seolah berada di negaranya sendiri.
Dari Poppies
Lane I ane menuju Poppies Lane II. Jarak
keduanya cukup dekat, sekitar 300 m saja. Di sini lah letak Losmen Arthawan
yang terkenal paling murah itu. Letaknya di sebelah kanan gang bila ke arah Jalan
Legian. Di losmen ini pula ane berencana nginep di malam kedua. Semoga esok
masih tersisa kamar kosong buat kami.
Ini gan, penampakan Losmen Arthawan yang terkenal itu... http://mblusuk.com |
Setelah meninggalkan Poppies Lane di kawasan Kuta, kami langsung meluncur ke Nusa Dua, tempat ane pesan kamar tadi. Nampaknya perjalanan kami ke Nusa Dua tidak begitu mulus. Keluar dari kawasan Kuta, kami terus melaju mengikuti penunjuk jalan menuju Nusa Dua. Kami sempat tersesat ketika salah ambil arah jalan. Ternyata kami malah melaju ke arah Denpasar kota. Ane pun langsung mengaktifkan GPS gadget ane untuk melihat posisi tersesat kami. Alhamdulillah, setelah beberapa saat berjalan akhirnya kami berhasil mendapatkan penunjuk jalan ke Nusa Dua kembali.
Sampai di Nusa Dua, walau sempat kebablasan, akhirnya penginepan pun bisa kami dapatkan setelah kembali ngontak si juragan. Berhenti di sebelah Alfamart depan JCO jalan Raya Bypass Ngurah Rai, kami dijemput seorang gadis hitam manis menuju penginepan. Ternyata ini adalah adik juragan yang ane SMS an tadi. Dan lucunya, ternyata kakaknya yang ane hubungi tadi berada di Solo, Jawa Tengah, kuliah di sana. Sementara dia tinggal sama kedua ortunya menempati rumah dengan jumlah kamar yang cukup banyak di kawasan perumahan setempat. Total ada empat kamar kosong yang disewakan dengan biaya sewa Rp65rb per malam. Dan malam itu setelah bersih-bersih di kamar mandi, kami pun langsung terlelap menjemput mimpi. ….
bersambung ke Bag.(2)
bersambung ke Bag.(2)
Ahahahaha kocak duit kembalian serebu perak aja kagak dikasih :mrgreen:
BalasHapusBisa buat beli es cendol gan.... :D
HapusGan, di pelabuhan ketapang ada bis langsung ke terminal ubung denpasar gak? Ane nyampe banyuwangi pake kereta soalnya
BalasHapusBanyak bos...umumnya bus jurusan jember-dps spt Akas, Margahayu, Gunung Harta bs naik dr ketapang atau gilimanuk.
BalasHapuspenginapan di nusa dua ada CPnya gak?
BalasHapusLihat komentar di bag.4 boss...
HapusTotal biaya yg anda keluarkan berapa ?,dan brp hari d sana ?
BalasHapusSoal biaya selama 4 hari ya nggak ingat pastinya lah mas. Selain backpackeran, kita ke bali jg bermaksud silaturahim ke teman dan famili. Kadang kita belanja oleh2 ketika silaturahim, sebagai gantinya kita jg dikasih makan. Itu semua tidak kita hitung. Namun soal harga tiket penyeberangan, tiket masuk tempat wisata, biaya penginepan, dan harga makanan sudah saya tuliskan lengkap. Untuk bensin sekitar 100-125 rb (masih 6500/liter). Monggo dibaca tulisan kami sampai tuntas.
HapusMas,bisa minta nmer anda ?,soalnya saya mau backpacker ke bali siapa tau sesampai sana ada yg akan saya tanyakan
BalasHapus